Kajanglako.com, Sarolangun - Fenomena alam langka terjadi di Batang Asai, Sarolangun, Bukit Gunung Inum yang berada di Desa Keradak mengeluarkan pancuran air asin yang tidak pernah berhenti.
Adanya fenomena alam ini, sepertinya istilah asam di gunung garam di laut, tidak berlaku bagi masyarakat Kecamatan Batang Asai.
Semburan air asin yang keluar dari sela bebatuan, diolah warga menjadi garam atau yang kerap disebut oleh masyarakat setempat Air Garam Inum.
Air tersebut keluar dari sebuah bukit di Desa Keradak yang konon ceritanya sudah ada sejak zaman dahulu, sehingga warga desa setempat dan warga desa terdekat banyak memanfaatkan air inum untuk dijadikan garam.
Air garam di Bukit Inum tersebut menarik perhatian Disparpora untuk dijadikan destinasi wisata alam.
Kadisparpora Sarolangun, Idrus mengatakan wisata air inum adalah salah satu wisata yang cukup unik yang harus segera dikelola dengan baik, sehingga berdampak bagi ekonomi masyarakat.
"Ini anugerah Allah yang sangat unik dan langka," kata Idrus.
Sementara Sahari, Kades Sungai Keradak mengatakan, keunikan wisata air garam Gunung Inum merupakan kekuasaan Allah yang tidak bisa dipungkiri.
"Biasanya masyarakat hanya mengetahui garam di laut dan asam di gunung, namun kali ini garam ada di bukit Gunung Inum," kata Sahari.
Ia mengatakan air inum yang biasa dikelola menjadi garam dengan cara dimasak menggunakan kuali ini sudah ditemukan sejak lama oleh para leluhur (Nenek moyang) dahulu.
"Warga Desa Sungai Keradak telah membuat garam sendiri dengan menggunakan air imum," kata Sahari.
Sahari juga mengatakan pembuatan garam masih menggunakan cara manual, ia berharap adanya perhatian pemerintah untuk membantu peralatan pembuatan garam.
Selain itu warga berharap pemerintah membantu agar produk garam inum ini bisa memiliki izin produksi, sehingga bisa dilakukan pemasaran secara lokal maupun nasional
"Bisa jadi pemasukan PAD Desa," katanya.
Lokasi air garam inum berjarak sekitar 2 Km dari pusat Desa Sungai Keradak, untuk mencapai ke lokasi menghabiskan waktu sekitar 1 jam, karena akses jalan yang masih minim. (kjcom)
Editor. Ahmad Riki S