beranda pilihan editor
Perspektif Oase Pustaka Jejak Sosok Wawancara Akademia Ensklopedia Sudut

Beranda AKADEMIA berita


Senin, 04 Desember 2023, 08:41 WIB

Sriti dan Indahnya Gerak Kehidupan

AKADEMIA

Pameran foto karya Romo Kirjito. Sumber foto: Kompas

Oleh: Riwanto Tirtosudarmo*

Buku terbaru buah karya Romo Kirjito ini sangat unik. Sriti, burung kecil yang tampak berwarna hitam gelap yang sering kita lihat terbang di angkasa namun tak pernah kita hiraukan itu telah dijadikan tokoh utama dari buku barunya ini. Romo Kir, begitu beliau biasa dipanggil, menyongsong ulang tahun ke 70-nya  yang akan jatuh pada bulan November nanti dengan menerbitkan buku yang unik ini. Buku ini unik karena yang ditampilkan tidak hanya rangkaian kata, namun dan ini yang menjadikan buku ini istimewa adalah hasil jepretan kameranya, foto Sriti yang tampil dalam berbagai gaya.

Yang mengejutkan adalah ternyata Sriti itu berwarna-warni, tidak hitam seperti yang selalu kita tangkap dari mata telanjang kita. Perbedaan antara tangkapan kamera dan tangkapan mata menunjukkan betapa krusialnya peran teknologi visual dalam merekam kenyataan. Romo Kirjito menjelaskan bahwa Sriti yang ditangkap kamera ketika sedang terbang bukanlah Sriti yang "sesungguhnya" karena Sriti yang sesungguhnya itu sepersekian detik setelah terekam di kamera telah melesat entah kemana. Ini mengingatkan saya pada bidang penelitian saya, migrasi penduduk. Dalam studi migrasi, data yang dianalisa adalah data migrasi yang ditangkap pada saat tertentu, misalnya saat dicatat oleh petugas sensus, sementara penduduk yang dicatat itu sudah pergi entah ke mana. Ketika saya berbicara sebagai ahli migrasi migrasi yang saya bicarakan bukan migrasi yang sesungguhnya sebagai "movement", seperti Sriti yang ditangkap kamera ketika terbang bukanlah Sriti yang sesungguhnya.

Sampai di sini, saya disadarkan oleh buku unik dari Romo Kir ini, bahwa gerak Sriti, misalnya yang selalu dalam keadaan terbang, melayang di angkasa, itu hanya mungkin ditangkap oleh mata kita, bukan oleh kamera. Begitu juga jika saya ingin mempelajari migrasi penduduk yang sesungguhnya saya harus ikut dalam pergerakan mereka, terlibat dalam "movement" mereka, bukan hanya dari hasil sensus penduduk. Gerak atau "movement" adalah tanda dari hidup dan kehidupan.  Gerak ketika kita bernafas, gerak kesadaran kita ketika kita tidur, gerak keringat yang keluar dari pori-pori kulit kita, apalagi gerak seluruh tubuh ketika nggowes; adalah sedikit contoh dari tanda- tanda bahwa kita hidup. Ada ungkapan dalam bahasa Jawa "urip iku obah", hidup itu bergerak, atau "urip iku urup",  hidup itu menyala.

Meskipun seperti sesuatu yang bisa dianggap sepele, mengamati tingkah laku burung Sriti yang tak ada seorangpun pernah menghiraukan, apa yang dilakukan oleh Romo Kir secara terus menerus selama dua tahun sambil nggowes itu bagi saya bukanlah sesuatu yang sepele. Selama ini sudah banyak yang mengetahui kalau Romo Kirjito adalah seorang pastur katolik yang menekuni teknologi mengubah air hujan menjadi air minum yang menyehatkan. Sebelumnya kita juga mendengar Romo Kir sebagai sosok yang sangat peduli dengan lingkungan.

Jika sekarang kita menikmati buku barunya tentang Sriti kita bisa melihat kontinuitas dan konsistensinya terhadap paling tidak tiga hal: teknologi, lingkungan dan hidup yang sehat. Sriti sebagaimana ditampilkan dalam bukunya ini adalah representasi dari paling tidak ketiga hal itu. Hal lain juga yang penting dalam buku itu adalah masih guyub-nya sebuah komunitas yang hidup dalam kesederhanaan, di tengah perubahan masyarakat Indonesia yang berubah cepat menjadi masyarakat urban.

Pemahaman atau kesadaran tentang gerak, "obah" sebagai tanda hidup atau ekspresi dari keberadaan kita sebagai bagian dari semesta alam, telah saya dapatkan sebelum membaca buku ini dari dua guru saya. Guru saya yang pertama adalah almarhum Suprapto Suryodarmo, yang mengajarkan meditasi gerak. Meditasi yang dilakukan melalui gerak bebas dari tubuh kita. Guru saya yang kedua adalah Laura Romano yang menjadi pamong saya dalam meditasi Sumarah, meditasi yang dilakukan dengan teknik sederhana, relaks. Membaca buku ini, bagi saya, seperti meneguhkan apa yang selama ini saya yakini bahwa kita, manusia, "human being", adalah bagian dari alam semesta yang maha luas tak terbatas yang tak mungkin saya bisa jangkau dan pahami sepenuhnya.

Saya, sebagai bagian dari alam semesta, tidak ada bedanya dengan burung Sriti yang menjadi tokoh utama buku Romo Kirjito yang unik ini. Burung Sriti yang di mata kita selalu terlihat berwarna hitam itu menunjukkan betapa sangat terbatasnya pengetahuan saya tentang alam semesta. Melalui teknologi kamera Romo Kirjito menyadarkan saya bawa burung Sriti itu ternyata berwarna-warni dan menampilkan sebuah keindahan alam semesta yang selama ini tidak saya ketahui.

Teknologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan selama ini memang satu-satunya cara dari manusia untuk bisa memahami alam semesta secara ilmiah. Namun upaya manusia memahami alam semesta, termasuk dirinya sebagai bagian dari alam semesta, tidak pernah akan tuntas. Pengetahuan manusia dengan kecanggihan teknologi yang selalu berkembang itu tak mungkin menjangkau keseluruhan alam semesta, ada yang selalu tak ter-deskripsi-kan, ada yang selalu tak mampu kita ungkapkan, dalam ungkapan orang Jawa "tan keno kinoyo ngopo".

Melalui Sriti, burung yang selama ini tidak dipedulikan orang itu, Romo Kirjito melalui bukunya yang unik ini, telah mengingatkan kita, saya paling tidak, tentang perlunya sikap rendah hati (humility) terutama untuk menyadari kalau kita adalah bagian dari keluasan alam semesta, seperti burung Sriti. Buku ini juga menyadarkan kita, saya paling tidak, bahwa hidup dan kehidupan adalah gerak, "movement" yang penuh keindahan, seperti burung Sriti yang tidak berwarna hitam tetapi penuh warna-warni yang sangat indah. Hidup dan kehidupan karena itu harus dirayakan. Selamat ulang tahun ke-70 Romo Kirjito, terus menggowes, dan terimakasih atas semua karya yang selalu mencerahkan!

*Kampung Limasan Tonjong, 2 Oktober 2023. Tulisan ini dimuat pertama kali sebagai kata pengantar penulis dalam buku Sayap Sayup Sriti.

Editor. KJ-JP

TAGAR: #akademia#romo kirjito#burung sriti

indeks berita Akademia
AKADEMIA Senin, 04 Desember 2023, 08:51WIB
Memasuki Alam Rupa

Oleh: Riwanto Tirtosudarmo* Bagi saya, seorang amateur dalam dunia seni, perlu memilik keberanian untuk menerima resiko dicemooh ketika diminta untuk menulis pengantar sebuah pameran seni rupa. Apalagi pameran......

AKADEMIA Minggu, 05 November 2023, 07:45WIB
Jokowi, IKN dan Masa Depan Kita

Oleh: Riwanto Tirtosudarmo* Pada 11 Mei 2019 kira-kira setahun sebelum Covid-19 melanda Indonesia dan dunia saya menulis esai pendek yang isinya mendukung gagasan rencana pemindahan ibukota......

AKADEMIA Kamis, 21 September 2023, 08:11WIB
Ignas Kleden

Oleh: Riwanto Tirtosudarmo* Dalam sebuah percakapan dengan Salman Rushdie, mungkin menjadi wawancara terakhir sebelum wafat karena penyakit leukemia yang dideritanya, Edward Said, mengkritik penggunaan istilah......