beranda pilihan editor
Perspektif Oase Pustaka Jejak Sosok Wawancara Akademia Ensklopedia Sudut

Beranda TELUSUR berita


Minggu, 28 Maret 2021, 03:34 WIB

Cerita dari Daerah Jambi

TELUSUR

ilustrasi. sumber D.D. Veth. Batanghari. 1877-1879.

Oleh: Frieda Amran (Antropolog. Mukim di Belanda)

Sepuluh halaman folio berjudul ‘Verhaal dan de Streek Jambi’ atau dalam bahasa Indonesia: ‘Cerita dari Daerah Jambi.’ Halaman-halaman kertas yang diketik rapi dalam bahasa Belanda itu kutemukan di dalam tumpukan kertas-kertas Elsbeth Locher-Scholten.

Tak kutemukan informasi lain  tentang tumpukan kertas-kertas itu. Tampaknya, tulisan itu merupakan hasil wawancara dengan seseorang (Demang Darifs Wiguna Haidar) atau transkrip dari suatu naskah (yang tidak diberi keterangan lebih lanjut). Bagaimana pun, isinya menarik untuk diceritakan kembali kepada pembaca rubrik Telusur Jambi. Simaklah cerita demang itu yang saya alihbahasakan ke bahasa Indonesia di bawah ini.

  1. Demikianlah, saya Demang Darifs Wiguna Haidar dan saya akan menjelaskan cerita-cerita mengenai raja-raja Jambi dan keturunan mereka yang berhak menjadi raja/sultan di daerah itu. Penjelasan saya sesuai dengan apa yang saya mengerti mengenai peristiwa dan kejadian yang digambarkan oleh cerita-cerita berikut ini.
  2. Banyak cerita yang disampaikan: Sultan Jambi meninggal dunia di dusun Muara Tebo dan orang membawa jenazahnya ke Jambi. Sultan ini memiliki tiga orang anak. Yang sulung adalah ayah dari Pangeran Qasim; yang tengah adalah ayah dari Raden Tabun—ia bernama Raden Rangga; dan yang bungsu adalah ayah dari sultan yang sekarang ini—yang ketika itu dikenal dengan nama Raden Danating. Demikianlah yang diceritakan.
  3. Kemudian diceritakan bahwa ayah dari Mohamad Qaisim menjadi sultan, menggantikan ayahnya. Pada waktu itu, Raden Danating menjadi Ratu Marta Ningrat, sementara Raden Rangga tidak bergelar. Ayah Mohamad Qasim tidak lama menjadi sultan. Ia meninggal dunia dan Jambi diperintah bersama-sama oleh Pangeran Ratu Marta Ningrat dan Raden Rangga. Menurut orang yang menyampaikan cerita ini, yang berikutnya terjadi: Raden Rangga ingin menjadi Sultan. Namun, ia tidak mengungkapkan hal ini dengan jelas karena berpendapat bahwa hal itu sudah memang semestinya begitu dan memang, pada waktu itu, Pangeran Ratu Marta Ningrat dan Raden Rangga sama kuat dalam memerintah negeri.
  4. Kemudian diceritakan bahwa Pangeran Ratu Marta Ningrat dan Raden Rangga bersama-sama naik perahu ke hulu menuju Tanjung Semalidu untuk meminta agar Raja Pagaruyung menunjuk salah seorang di antara mereka untuk menjadi Sultan Jambi. Itulah yang mereka lakukan. Mereka tidak tinggal lama di Tanjung. Raja Pagaruyung datang sendiri ke dusun Tanjung. Raden Rangga dan Pangeran Ratu menyampaikan kepada raja itu bahwa Sultan Jambi telah meninggal dunia dan kini mereka bertanya kepada raja: Siapakah yang paling cocok menjadi Sultan Jambi?
  5. Kemudian diceritakan bahwa raja Pagaruyung mengangkat Pangeran Ratu Marta Ningrat menjadi Sultan Mahmud Mahyiddin. Setelah itu, ia kembali ke Minangkabau, tetapi sebelumnya, ia menentukan bahwa putra Mahyiddin akan menjadi Pangeran Ratu Marta Ningrat, yang sekarang menjadi sultan.
  6. Kemudian diceritakan bahwa Sultan Mahmud kembali ke Jambi. Raden Rangga tak ingin kembali pada waktu itu karena marah soal pangeran ratu dan karena ia tidak akan menjadi sultan. Raden Rangga tinggal di sebuah dusun di marga Tuhu Kuto. Sultan kembali ke negeri Jambi bersama Pangeran Ratu. Mereka diantarkan oleh semua warga marga Tujuh Kuto dan Sembilan Kuto, warga marga Batin XII. Hanya Raden Rangga saja yang tidak ikut mengiringi mereka.
  7. Kemudian diceritakan bahwa ketika Raden Rangga tinggal di Tujuh Kuto, ia menikah dengan seorang perempuan dari tempat itu. Di sana, ia berlaku baik-baik dan orang Tujuh Kuto mengakui kekuasaannya. Apa pun yang diinginkan oleh Raden Rangga dipenuhi dan dilakukan oleh orang Tujuh Kuto. Lalu, mereka berangkat berperahu ke Muara Tebo.
  8. Kemudian diceritakan bahwa Raden Rangga kembali ke Jambi. Tak lama. Ia kemudian berangkat ke negeri Johor dan Riau untuk berunding. Pada waktu itu, Johor dan Riau sedang berperang dengan Kumpeni. Ketika perang itu selesai, Raden Rangga belum juga dapat membuat kesepakatan. Raden Rangga kembali ke Jambi dan meneruskan perjalanan ke hulu, ke IX Kuto. Ia menikahi seorang perempuan Muara Tebo dan mendapatkan seorang anak lelaki yang dikenal dengan nama Raden Tabun. Pun di IX Kuto, orang mengakui kekuasaannya dan melakukan apa pun yang diinginkannya.
  9. Kemudian diceritakan bahwa ketika Raden Rangga tinggal di Muara tebo, semua orang yang bermarga di Sungai Tebo serta orang dari Sungai Palamas dan Disanamata (?) juga bergabung dengan Raden Rangga. Mereka mendukungnya karena ia berkarakter baik dan memperhatikan orang-orang di hulu. Karena itulah mereka mencintainya.
  10. Kemudian diceritakan bahwa ketika sudah banyak orang yang mendukungnya, Raden Rangga dengan jelas menunjukkan kekuasaan dan otoritasnya di Muara Tebo. Ketika semua pendukungnya itu hendak ikut berlayar ke hilir menuju Jambi, ia tidak menyetujuinya. Ia bahkan juga tidak setuju bila mereka ikut berperahu ke perbatasan Muara Tebo. Orang dari Jambi, yang pergi ke hulu, ke VII dan IX Kuto untuk berdagang, tidak diperbolehkan lagi untuk melewati Muara Tebo yang dikuasai oleh Raden Rangga. Demikianlah caranya menunjukkan kekuasaannya di masa itu.

Editor. KJ-JP

TAGAR: #Telusur#Sejarah Jambi#Cerita dari Jambi#Naskah Klasik Belanda

indeks berita Telusur
TELUSUR Jumat, 21 Mei 2021, 11:54WIB
Jantung Pisang dan Duri Landak Putih untuk Obat

Oleh: Frieda Amran (Antropolog. Mukim di Belanda) Pada umumnya, orang Melayu berpendapat bahwa orang terkena penyakit oleh ulah mahluk halus yang jahat: jin, iblis, mabon-bungo, ninik nan mambaow buah-buah dan......

TELUSUR Minggu, 25 April 2021, 22:06WIB
Cerita dari Daerah Jambi (4-Penutup)

Oleh: Frieda Amran (Antropolog. Mukim di Belanda) 36. Dan kemudian diceritakan mengenai adat pengangkatan sultan. Ada dusun bernama Jebus. Penghulu Jebus menjadi raja sehari di negeri Jambi. Ia mengenakan......

TELUSUR Selasa, 20 April 2021, 16:20WIB
Cerita dari Daerah Jambi (3)

Oleh: Frieda Amran (Antropolog. Mukim di Belanda) 23. Kemudian diceritakan bahwa dari IX Kuto, Sultan berperahu ke hilir. Dari sana, ia meneruskan perjalanan ke Sungai Tembesi, Sungkai Tungkal dan ke dusun......

TELUSUR Kamis, 08 April 2021, 13:58WIB
Cerita dari Daerah Jambi (2)

Oleh: Frieda Amran (Antropolog. Mukim di Belanda) 11. Kemudian diceritakan bahwa pada waktu, Mahmud Mahyuddin sendiri sedang berperang di Jambi. Perang itu terjadi karena Ratu Mas, isteri sultan, berpribadi......

TELUSUR Senin, 22 Februari 2021, 16:29WIB
Walter M Gibson

Oleh: Frieda Amran (Antropolog. Mukim di Belanda) Dalam rangka menyiapkan tulisan untuk rubrik ‘Telusur Jambi,’ saya teringat pada satu tas penuh berisi lembaran fotokopian artikel dan peta tentang......