Oleh : Addion Nizori *)
Jumlah pasien positif terinfeksi virus corona (Covid-19) di Indonesia terus bertambah mencapai 9.771 orang per 29 April 2020. Dan jumlah yang meninggal sudah mencapai 784 orang (www. Covid19.go.id). Jumlah ini terus meningkat dari hari ke hari.
Untuk di Provinsi Jambi saja, pasien positif Covid-19 sudah tercatat 32 kasus. Bahkan untuk Kota Jambi diduga telah dikategorikan masuk zona merah penyebaran virus corona, karena telah terjadi kemungkinana transmisi lokal, dimana pasien X sudah menularkan ke orang-orang terdekat dan masyarakat sekitarnya.
Ada kekhawatian dari masyarakat tentang penularan virus corona (Covid-19) melalui makanan yang dibeli, sehingga mereka mulai cemas dan menimbulkan phobia yang berlebihan terhadap produk makanan yang dibeli. Ditambah lagi berita yang tidak benar (hoax) yang beredar di berbagai media online mengenai adanya produk makanan kemasan impor dari luar negeri yang diduga mengandung virus corona. Hal ini semakin memperburuk kondisi psikologis masyarakat terkait penularan virus melalui makanan.
Lantas, apakah virus corona (Covid-19) bisa ditularkan melalui makanan?
Sebagaimana yang dilansir di situs WHO, bahwa tidak ada bukti Covid-19 ditularkan melalui makanan. Covid-19 disebarkan melalui sistem pernafasan (droplet/cairan) penderita ke manusia lainnya (human to human transmission) baik melalui hidung, mulut dan mata.
Virus corona merupakan jenis virus yang tidak mampu bertahan hidup lama jika berada di luar host/inang karena virus memerlukan inang tersebut untuk hidupnya. Hal ini berbeda dengan bakteri yang dapat tumbuh dan berkembang melalui makan.
Apakah buah dan sayuran harus dicuci sebelum dimakan?
Mencuci buah dan sayuran segar di bawah air mengalir adalah kebiasaan yang bagus yang harus selalu dilakukan untuk menjaga kesehatan, bukan hanya karena virus corona (Covid-19) tapi juga mungkin residu pestisida, kotoran yang menempel serta bakteri berpenyakit/patogen yang masih ada dan menempel pada buah dan sayuran.
Namun menggunakan sabun, desinfektan dan deterjen untuk mencuci sayuran dan buah sangat tidak direkomendasikan WHO, karena zat pencuci di atas tidak didesain untuk kosumsi manusia (food grade) dan tidak aman untuk digunakan pada makanan, karena kemungkinan residu bahan kimia yang masih menempel atau masuk kejaringan buah/sayuran.
Apakah kosumsi daging aman?
Memang ada kecurigaan bahwa virus corona (Covid-19) awalnya berasal dari binatang (kelelawar) tapi sampai sekarang belum ada penularan terhadap manusia dari makan daging di Indonesia atau dunia internasional. Namun semua daging mentah dapat mengandung bakteri berpenyakit/pathogen yang menyebabkan keracunan makanan pada manusia. WHO merekomendasikan memasak daging dan tidak memakan daging dari hewan yang berpenyakit (diseased animals).
Apakah ada resiko penularan virus corona (Covid-19) melalui kemasan makanan?
Sampai hari ini belum ada konfirmasi yang pasti berapa jam atau hari virus bisa bertahan di permukaan kemasan. Namun penelitian yang masih berlangsung menyatakan, lamanya virus menempel tergantung jenis permukaan benda, suhu dan kelembaban lingkungan.
Penting bagi pengusaha makanan untuk memastikan bahwa makanan yang dimasak itu aman dari virus corona (Covid-19) mulai bahan mentah, pengolahan sampai delivery ke konsumen.
Pengelola makanan harus memastikan pekerjanya dalam keadaan sehat, menjaga jarak dalam bekerja sesuai prosedur kesehatan Covid-19. Memastikan juga makan disimpan dalam suhu dingin (50C) atau makanan siap saji sekitar 600C. Dan yang paling penting, tempat cuci tangan dan alat kebersihan/disenfektan tersedia di area lokasi kerja.
Begitu juga pengantar makanan harus mematuhi semua protokol sanitasi pangan perusahaan, sehingga produk yang diantar tersebut aman dan konsumen yakin dengan makanan yang diterimanya.
Walaupun makanan yang diantar aman dari kontaminasi virus corona, namun karena adanya fakta bahwa virus ditularkan dari manusia ke manusia, maka pengusaha makanan harus memastikan pengantar makanan tersebut orang yang tidak terinfeksi Covid-19. Selain itu, selalu memastikan memakai masker dan harus mengikuti protokol standar kebersihan dari Covid-19 sesuai anjuran pemerintah dan WHO.
Meskipun resiko terinfeksi Covid-19 melalui makanan adalah rendah, namun ada beberapa langkah yang dapat mengurangi resiko terkontaminasi Covid-19, antara lain dengan membilas buah dan sayuran dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran, pestisida, kuman dan virus yang mungkin masih menempel di makanan; Mencuci tangan setelah memegang kemasan makanan; dan, jika khawatir dengan makanan yang dibeli, dapat memanaskannya kembali di suhu 65 C selama 3 menit sehingga dapat mengurangi resiko terinfeksi virus melalui kemasan makanan.
Jadi penularan paling utama Covid 19 adalah melaui infeksi droplet/tetesan cairan dari orang ke orang melalui pernafasan, batuk dan bersin orang yang terinfeksi Covid 19.
Cara terbaik untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan terinfeksi Covid-19 adalah menerapkan jarak dengan penderita dan selalu menjaga kebersihan setiap waktu dan menggunakan masker jika keluar rumah. Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan hindari menyentuh wajah. Meningkatkan immunitas (daya tahan tubuh) dengan makanan bergizi, vitamin, tidur yang cukup dan olah raga yang teratur.
Lebih lanjut masyarakat diimbau agar tidak mudah terprovokasi dan tidak menyebarluaskan berita/isu terkait makanan dan kemasan pangan yang terkontaminasi virus corona (Covid-19) yang belum terbukti kebenarannya. Silahkan menghubungi pihak terkait untuk mengecek kebenaran suatu berita tentang makanan, bisa melalui layanan BPOM melalui Contact Center HALO BPOM 1-500-533 (pulsa lokal), SMS 0812-1-9999-533, WhatsApp 0811-9181-533, e-mail: [email protected], Twitter @BPOM_RI, atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
*) Addion Nizori, S.TP,M.Sc., Ph.D *) adalah Ketua Persatuan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Cabang Provinsi Jambi, Dosen Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian dan Peneliti senior pada Centre of Excellence; Ethno-Medicine & Nutraceutical LPPM Universitas Jambi
Editor. Jhoni Imron