Kajanglako.com, Jambi – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jambi Hj Rahima Fachrori menggandeng Eddy Betty, desainer nasional kelahiran Jambi, untuk meningkatkan kualitas desain Batik dan songket Jambi. Kerjasama Dekranasda Provinsi Jambi dengan desainer Eddy Betty dilaksanakan dalam pelatihan desain batik dan songket khas Jambi, yang sekaligus menandai Pembukaan Kembali Showroom Dekranasda Provinsi Jambi, di gedung Dekranasda Provinsi Jambi, Thehok, Kamis (21/11).
Eddy Betty telah menggeluti dunia fashion lebih dari dua dekade, dia merupakan desainer mode yang mengenyam pendidikan di Fleuri de la Porte Perancis dan Chambre Syndicale de la Couture Parisienne.
Pada kesempatan tersebut juga dilaksanakan kerjasama Pemerintah Provinsi Jambi dengan Pemerintah Provinsi Riau dalam bidang perdagangan dan kerajinan UKM. Hadir pada kesempatan ini Asisten Sekda Provinsi Jambi Bidang Administrasi Umum (Asisten) H Sudirman, Staf Ahli Gubernur Jambi Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan sekaligus Ketua Harian Dekranasda Provinsi Jambi Sri Argunaini, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Provinsi Riau, Yulwiriati Moesa.
Dalam sambutan tertulis Gubernur Jambi, H Fachrori Umar, yang dibacakan oleh Asisten III, mengapresiasi ketua dan seluruh pengurus Dekranasda Provinsi Jambi yang menginisiasi pembukaan kembali showroom Dekranasda Provinsi Jambi dan pelatihan desain batik dan songket khas Jambi yang merupakan salah satu bentuk akselerasi dan upaya untuk terus-menerus melestarikan kerajinan khas Jambi.
"Produk industri kecil kerajinan Provinsi Jambi saat ini sudah dikenal oleh masyarakat secara luas baik di wilayah lokal maupun secara nasional, kita harus berbangga karena banyak prestasi yang telah diraih oleh Dekranasda Provinsi Jambi dalam upaya meningkatkan keterampilan pengrajin dan penghasilan pengrajin," ujar gubernur.
Gubernur menyatakan, kearifan lokal yang dimiliki Provinsi Jambi seperti batik dan songket serta aneka produk kerajinan kayu dan rotan telah membawa Provinsi Jambi sebagai provinsi yang diperhitungkan di kancah nasional. "Dalam catatan kami, masyarakat pengrajin yang saat ini menggeluti kerajinan batik lebih kurang jumlah tenaga kerjanya 1.800 orang, unit usahanya 360 unit, usaha pemasarannya sudah sampai pada tahapan pemasaran local, nasional, regional, dan internasional. Untuk kain songket, tenaga kerja yang terserap lebih kurang 105 orang, unit usahanya lebih kurang 20 unit usaha, pemasarannya di tingkat local, nasional, regional, dan internasional. Aneka kerajinan jumlah tenaga kerja yang terserap lebih kurang 1.200 orang, unit usahanya 170 unit, produk kerajinan tersebut secara multiplayer effect telah meningkatkan kehidupan masyarakat pengrajin dan hasil kerajinan tersebut juga cukup diminati oleh masyarakat Provinsi Jambi pada berbagai event," jelas Gubernur.
Gubernur berharap dengan gedung yang baik ini, makin banyak produk-produk kerajinan yang berpacu untuk mengisi pasar yang telah terbuka, diiringi dengan kepedulian Pemerintah Provinsi Jambi yang kedepannya dapat membawa nama baik bagi Provinsi Jambi. Gubernur mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk membantu pengrajin dengan menggunakan produk daerah, yang juga berarti turut melestarikan budaya bangsa dan ikut meningkatkan perekonomian masyarakat.
Ketua Dekranasda Provinsi Jambi, Hj Rahima Fachrori dalam sesi wawancara mengharapkan pembukaan kembali showroom Dekranasda dapat dimanfaatkan oleh pengrajin untuk mempromosikan hasil karyanya dan mengharapkan peran Dekranasda kabupaten kota se Provinsi Jambi.
"Dengan dibukanya kembali showroom Dekranasda ini mudah-mudahan lebih mempromosikan kriya Jambi, dan hasil produknya akan lebih dikenal lagi. Melalui Dekranasda, saya menggandeng desainer nasional dari Jambi, semua produknya sudah dikenal, jika ada orang sendiri kenapa kita cari orang lain, beliau orang Jambi dan akan bertindak sebagai supporting desain pengembangan dan peningkatan daya saing pakaian batik dan songket Jambi. Saya harap beliau dapat sungguh-sungguh membantu Provinsi Jambi dan pengembangan seluruh aspek kerajinannya, sehingga kita dapat dikenal di tingkat nasional bahkan sampai ke tingkat internasional," ujar Rahima.
Staf Ahli Gubernur Jambi Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan sekaligus Ketua Harian Dekranasda Provinsi Jambi, Sri Argunaini menyampaikan, pembukaan kembali showroom dan pelatihan desain batik dan songket khas Jambi yang selama 2 tahun ini tidak aktif digunakan karena selama ini sedang direhab. "Ini merupakan bentuk perhatian pemerintah terhadap pengembangan produk industri kecil dan kerajinan Jambi. Pada tahun 2019 ini, Dekranas (Pusat) memberi bantuan kepada 4 orang pengrajin kabupaten dan kota se Provinsi Jambi, berupa peralatan pelatihan, semoga bermanfaat untuk pengembangan produk menjadi kebanggaan Provinsi Jambi. Itu merupakan motivasi bagi kita semua untuk berkarya," tutur Sri Argunaini.
Sementara itu, Eddy Betty menyatakan bahwa banyak sekali potensi Jambi yang dapat dikembangkannya, dan dari penilaiannya pemerintah dan Dekranasda telah berupaya maksimal untuk terus mengembangkan dan melatih para pengrajin agar dapat memiliki daya saing di tingkat nasional. "Kemungkinan untuk dikembangkan sangat banyak sekali, kita melihat kain batiknya bagus, songket yang bagus, dan semua itu bisa kita kembangkan. Saya akan berupaya dengan maksimal untuk membantu Pemerintah Provinsi Jambi dalam pengembangan batik dan kain songket Jambi, dan tentunya juga bagaimana pemasaran yang akan dilakukan," ungkap Eddy Betty.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Provinsi Riau, Yulwiriati Moesa, juga memberikan respon yang sangat positif terhadap pengembangan produk kerajinan. "Saya ditugaskan oleh bapak Gubernur Riau ke Jambi khusus untuk melakukan kerja sama, yang pertama kerja sama dalam hal mempromosikan produk-produk yang ada yang ada di Provinsi Jambi dan wilayah Sumatera lainnya, karena Provinsi Riau ditunjuk sebagai koordinator sentra bisnis untuk program kerjasama dengan Malaysia dan Thailand, sehingga dengan adanya showroom ini kami bisa melihat begitu luar biasanya di sini, produk-produk bagus ini sangat layak untuk diekspor. Mungkin inilah tugas kami bagaimana mempromosikan di wilayah untuk wilayah Sumatera. Selain itu, kami bukanlah provinsi penghasil bahan kebutuhan pokok, di sini kan ada sayur-sayuran, kami juga sangat tergantung di sini, nanti kami akan mengadakan kerjasama dengan Dinas Perdagangan dalam rangka mengendalikan angka inflasi, menjaga ketersediaan bahan pokok, dan menstabilkan harga,” terang Yulwiriati Moesa.
“Mudah-mudahan ke depan dengan era industry 4.0 kita bisa sama-sama meningkatkan daya saing produk-produk yang ada di Indonesia untuk diekspor ke Malaysia, Thailand atau negara lainnya,” tambah Yulwiriati Moesa. (Kjcom)