beranda pilihan editor
Perspektif Oase Pustaka Jejak Sosok Wawancara Akademia Ensklopedia Sudut

Beranda BISNIS berita


Jumat, 31 Desember 2021, 12:58 WIB

Penulis. Ahmad Riki Sufrian

Jalan Terang Bisnis Madu Hutan dan Batik Jambi Merambah Pasar Internasional

BISNIS UMKM

Peternakan lebah Rumah Madu Hutan Jambi di Desa Danau Lamo, Kabupaten Muaro Jambi (Foto: Riki)

Kajanglako.com, Jambi – Hari makin beranjak siang, di sudut sebuah ruangan di rumah produksi madu miliknya, Candra Lela terlihat sibuk membersihkan wadah botol berisi madu yang siap untuk dipasarkan.

Berstatus Owner Rumah Madu Hutan Jambi, tak lantas membuat perempuan kelahiran November 1978 itu hanya berpangku tangan. Ia justru terlihat aktif membantu pengemasan madu hutan akasia hasil panen dari sentra peternakan lebah di Desa Danau Lamo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Di peternakan itu, Rumah Madu Hutan Jambi saat ini, setidaknya memiliki seribu kotak lebah penghasil zat alami yang memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tersebut. Terutama untuk imunitas tubuh, dan menangkal radikal bebas. Di lahan ini, semua proses panen dilakukan.  Mulai dari pengasapan, penyikatan lebah dari frame, pengirisan lilin dari sarang, di-extraktor untuk pemisahan madu liquid dari sarang lebah, penyaringan madu hingga pemindahan madu ke dalam galon yang akan dibawa ke rumah pengemasan.

Mengalami Pasang Surut

Candra Lela sebenarnya telah mulai berbisnis madu sejak tahun 2008 lalu, namun mengalami pasang surut. Barulah 11 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2019. Ia bisa mengembangkan usahanya, dari produksi yang hanya 900 kilogram per bulan, kini sudah mencapai 8.000 kilogram per bulan, guna memenuhi kebutuhan pasar lokal, nasional, hingga diekspor ke Singapura.

“Ekspor madu sekitar lima ton setiap bulan via Batam,” kata Candra Lela, pada Rabu 22 Desember 2021.

 

Candra Lela membersihkan botol kemasan berisi madu yang siap dipasarkan (foto: Riki)

 

Untuk produksi dan pengemasan, Rumah Madu Hutan Jambi benar-benar mengutamakan kualitas, kadar air tidak boleh di atas 20 persen dan harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Dibutuhkan waktu sekitar tiga hari sebelum madu yang telah dipanen untuk di-packing. Karena harus melalui proses penguapan air, pengendapan dan penyaringan madu,” kata Candra.

Ia memberi jaminan, produk madunya memiliki keunikan dibanding madu jenis akasia lainnya. Madu produknya bisa disimpan dalam jangka panjang, tidak bergas dan tidak berfermentasi. Sedangkan dari segi rasa, madunya lebih kental dan tidak terlalu asam.

“Kalau madu kita ketika ditelan itu cairannya memang bulat, ditelan itu tidak buyar dan tidak berbekas di tenggorokan,” kata Candra Lela.

Ciptakan Inovasi Produk Madu

Soal pemasaran, Rumah Madu yang terletak di bilangan Pasir Putih, Jambi Selatan, Kota Jambi ini memiliki strategi dengan tidak bermain di wilayah kompetitor. Mereka tidak ingin hanya bermain aman dengan menjual cairan madu saja, tapi juga menciptakan inovasi produk madu lainnya. Seperti bipollen, honey comes dan madu dapur.

“Pemasaran kita itu biasanya kami ada dua strategi, be to be dan be to see. Kalau be to be itu biasanya bermain dari perusahaan ke perusahaan, kalau be to see itu biasanya kami dengan branding. Alhamdulillah di Jambi sudah masuk ke market-market seperti swalayan,” kata Candra Lela.

Produk Rumah Madu Hutan Jambi (foto:Riki)

 

“Kami juga memiliki program wisata edukasi, khususnya bagi kalangan dunia pendidikan,” tambahnya.

Beromset Dua Miliar

Kini, Rumah Madu Hutan Jambi telah mempekerjakan 20 orang karyawan, serta menggandeng lebih dari dari 15 petani madu. Selain itu, mereka menjalin kerja sama dengan 37 mitra usaha lainnya. Hasilnya, saat ini Rumah Madu hutan Jambi berhasil membukukan omset hingga Rp167 juta per bulan, dengan kapasitas produksi sekitar delapan ton per bulan.

Bisnis yang digeluti Rumah Madu Hutan Jambi sungguh menggiurkan, memang semanis rasanya. UMKM unggulan ini bisa cuan sekitar dua miliar rupiah per tahun.

Keberhasilan Rumah Madu Hutan Jambi meningkatkan kapasitas produksinya hingga hampir 900 persen dan merambah pasar internasional, tidak terlepas dari kemitraan dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam program “PLN Peduli”. Melalui Rumah BUMN Jambi Unit Induk Wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (UIW S2JB). Candra mendapatkan program pelatihan, pendampingan, pemasaran, hingga akses permodalan.

Batik Tembus ke Eropa dan Amerika

Bukan hanya Candra Lela saja yang merasakan manfaat kontribusi Rumah BUMN Jambi. Kiptiah, Pengelola Batik Jambi Tampuk Manggis juga mengecap rasa nikmat menjadi bagian dari program “PLN Peduli”.

Kiptiah mendapatkan bantuan dana, dibantu promosi dan pemasaran secara online, hingga dilibatkan dalam berbagai pameran di berbagai daerah.

“Produk batik kami juga digunakan atau dipesan untuk seragam kantor,” kata Kiptiah, pada Kamis 30 Desember 2021.

Usaha Batik Jambi Tampuk Manggis yang telah memulai bisnisnya pada tahun 1998, mulai bermitra dengan PLN pada 2017. Awalnya, Kiptiah hanya mendapat akses permodalan Rp3 juta, lalu meningkat Rp15 juta. Karena menunjukkan progres yang menggembirakan, Kiptiah akhirnya mendapatkan kucuran dana sebesar Rp50 juta.

“Dana dari PLN saya belikan peralatan dan bahan baku untuk membatik, serta perbaikan tempat kerja,” kata Kiptiah.

Untuk peralatan membatik, ia belikan kuali cap, cap batik, cetakan motif batik, canting batik, dan kompor listrik. Sedangkan bahan baku batik yang ia beli berupa mori, lilin, dan zat pewarna.

Saat ini, kapasitas produksi usaha Batik Jambi Tampuk Manggis minimal 100 potong per bulan. Namun jika ada pesanan khusus, Kiptiah bisa memproduksi hingga 200 potong kain Batik Jambi per bulan. Baik batik tulis maupun batik cap.

Motif batik produk Rumah Batik Jambi Tampuk Manggis (foto: dok Batik Jambi Tampuk Manggis)

 

“Satu potong kain batik ada yang panjang dua meter, ada yang dua setengah meter,” katanya.

“Kalau batik cap itu dua meter harganya Rp200 ribu. Kalau batik tulis, harganya mulai dari Rp500 ribu sampai Rp3 juta per potong kain,” kata Kiptiah menambahkan.

Dalam produksinya, rumah batik yang beralamat di Jalan KH. Hasan Anang, Kelurahan Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Jambi Kota Seberang ini mengandalkan motif-motif khas Jambi. Mulai dari motif batanghari, motif angso duo, motif melati, pauh, tanjung, dan motif duren pecah.

Tak sekadar produktif, Kiptiah juga sukses membimbing separuh pekerjanya mandiri untuk membuka usaha batik sendiri.

“Saya sempat memiliki 20 pekerja, sebagian ada yang sudah buka sendiri, sekarang tinggal sekitar 10 pekerja,” katanya.

Hebatnya lagi, batik produksi Rumah Batik Jambi Tampuk Manggis, bukan hanya diminati pembeli lokal saja. Kiptiah pernah menerima pesanan dari Eropa dan Amerika, batik tulis yang dikirim ke dua benua tersebut.

“Ada lima kali pengiriman ke luar negeri, ke Barcelona dan Amerika,” kata Kiptiah.

Destinasi Wisata Batik

Pemerintah Kota Jambi melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, akan menjadikan sentra batik di kawasan Jambi Kota Seberang. tepatnya, di Kelurahan Ulu Gedong, Kecamatan Danau Teluk, sebagai destinasi wisata.

Upaya ini dilakukan Pemkot Jambi sebagai bentuk merawat dan melestarikan Batik Jambi, dengan dijadikannya Jambi Kota Seberang sebagai destinasi wisata batik juga untuk makin mengenalkan Batik Jambi kepada wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.

Mariani Yanti, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Jambi, mengatakan destinasi wisata Batik Jambi menjadi salah satu program unggulan yang dicanangkan oleh Wali Kota Jambi, Syarif Fasha.

“Pak Wali Kota sudah menegaskan ke kita, bahwa itu sudah menjadi pekerjaan kita. Baik itu Bappeda, PU dan Disperindag. Untuk membuat kawasan wisata budaya batik di seberang, itu wacana kita ke depan,” kata Mariani.

Ia menyampaikan, jika para wisatawan hendak memasuki wilayah destinasi wisata batik di Jambi Kota Seberang, sudah terdapat jalur atau rutenya. Rute pintu masuk itu sepanjang 2,1 kilometer.

Sebagai bentuk pengenalan dan identitas Batik Jambi yang merupakan ikon Negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, bagi wisatawan yang hendak memasuki wilayah destinasi wisata batik akan menggunakan batik selendang mayang.

Proses pembuatan Batik Jambi di kawasan Jambi Kota Seberanj (foto: Ihsan)

 

“Karena kita ingin menerapkan hal itu seperti di daerah lain maupun negara lain, yang mana di suatu tempat destinasi wisata harus menggunakan pakaian khas atau tradisional yang dimiliki daerah setempat,” katanya menjelaskan.

Mariani juga mengatakan, sambil mengenakan selendang mayang, wisatawan bisa sambil berkeliling di lokasi destinasi wisata batik, menuju sentral-sentral batik di lokasi tersebut. Pada saat menuju pintu keluar, para wisatawan harus mengembalikan selendang mayang yang digunakan.

Saat ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Jambi tengah mempersiapkan segala sesuatunya, terutama infrastruktur pendukung, untuk menjadikan Jambi Kota Seberang sebagai objek destinasi wisata batik.

“Untuk sekarang perlahan-lahan sudah kita siapkan. dalam waktu 1-2 tahun In Sya Allah sudah lengkap,” katanya.

PLN Bina 1060 UMKM

Melalui Rumah BUMN Jambi, PLN memang berkomitmen mendukung pemberdayaan ekonomi kerakyatan, khususnya bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai tempat berkumpul, belajar dan mendapat binaan agar menjadi UMKM yang berkualitas.

“Kita juga mendorong para pelaku UMKM dalam menjawab tantangan peningkatan kompetensi. Seperti riset dan target pasar, proses produksi dan pemasaran, serta quality management hingga kemudahan mendapatkan akses permodalan,” kata Agung Yudha Prawira, Manager Operasional Rumah BUMN Jambi & Kepahiang, pada Kamis 30 Desember 2021.

PLN Peduli, kata Agung, merupakan program dari tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) PLN yang salah satu wujudnya adalah membina para pelaku UMKM dan generasi milenial, di bawah pengawasan UIW S2JB.

“Ini program dari Kementerian BUMN. Kegiatannya banyak, ada pelatihan, pendampingan, dan pembinaan yang merupakan program awal,” kata Agung.

Sedangkan untuk kegiatan lanjutan, katanya, ada berupa pinjaman usaha, kemitraan, pameran, pengembangan dan pelatihan khusus. “Itu yang kita lakukan untuk UMKM,” kata Agung.

Saat ini, Rumah BUMN Jambi telah memiliki 1060 anggota binaan dengan kategori craft ada 43 UMKM, fashion ada 95 UMKM, kuliner 628 UMKM, jasa 71 UMKM dan lainnya ada 118 UMKM.

“274 di antaranya merupakan anggota binaan unggulan. Seperti Rumah Madu Hutan Jambi dan usaha Batik Jambi,” kata Agung.

Agung menjelaskan, UMKM yang unggulan sudah mengikuti semua proses mulai dari pelatihan, pendampingan, pembinaan, akses permodalan, promosi hingga pemasaran.

Kementerian BUMN, katanya, mengharapkan UMKM unggulan ini produknya digunakan sama BUMN pembinanya. Program ini akan mulai dijalankan Ruman BUMN Jambi pada tahun 2022.

“Untuk tahun 2021 ini baru kita garap, yang unggulan kita data. Mulai dari kapasitas produksinya, quality control nya sudah standar atau belum, terus juga apakah bahan bakunya akan mencukupi,” kata Agung.

Sementara untuk pemasaran, ada tiga sistem yang dilakukan Rumah BUMN Jambi. Pertama mereka berikan pelatihan kepada pelaku UMKN dengan mendatangkan mentor yang tepat untuk mendampingi, dalam rangka peningkatan soft skill pelaku UMKM di bidang pemasaran.

Kedua, berupa keterlibatan dalam pameran yang digelar dari BUMN-BUMN lain, atau difasilitasi dalam pameran yang digelar pemerintah daerah atau pemerintah pusat di tingkat nasional. Ketiga, dipasarkan secara online melalui platform PaDI UMKM milik PT Telkom.

“Seperti ibu Candra Lela sudah kita ajak pelatihan ke Bogor untuk pemasaran skala eskpor,” kata Agung.

Pelatihan Rumah BUMN Jambi bagi pelaku UMKM (foto: dok Rumah BUMN Jambi)

 

Meski ada UMKM unggulan, Agung memastikan UMKM non unggulan juga mendapatkan program yang sama. “Struktur pendampingan dan pelatihannya sama saja, hanya saja di bagian penggunaan produk di BUMN terkait yang dibagi-bagi,” kata Agung menegaskan.

Melalui Rumah BUMN, Agung berharap banyak terbuka lapangan pekerjaan, sekaligus bisa memberikan keahlian khusus bagi anak-anak muda.

“Seperti Rumah Madu Hutan Jambi, inovasinya bagus, jadi besar peluang menambah tenaga kerja. Sehingga ibu-ibu atau petani madu di desa meningkat ekonominya,” katanya.

“Program ini kami jalankan satu-satu dulu untuk UMKM binaan, karena SDM kami juga masih kekurangan,” katanya menambahkan.

Sekitar tiga tahun mengelola Rumah BUMN Jambi, menurutnya, progresnya terus meningkat. Terbukti beberapa UMKM, produknya bisa merambah hingga ke pasar internasional.

“Rata-rata itu peningkatkan produksi dan karyawannya di atas 30 persen. Bahkan, kalau ibu Candra Lela itu peningkatannya sampai 600 persen, mulai dari produksi, jumlah petani hingga pekerja,” kata Agung.

Kontribusi dan komitmen PT PLN (Persero) melalui program PLN Peduli, memang menjadi pelita bagi pelaku UMKM. Jalan terang yang mereka lintasi bisa mengantarkan beberapa UMKM menembus pasar mancanegara, seterang aliran setrum PLN yang menerangi kehidupan warga hingga ke pelosok negeri.

Reporter: Ahmad Riki Sufrian

TAGAR: #umkm# jambi# pln peduli# rumah bumn jambi# madu jambi# batik jambi

indeks berita Bisnis