59 pegiat budaya ditetapkan Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai penerima anugerah kebudayaan Tahun 2019.
Di antara 59 pegiat budaya itu, terdapat nama Maryam, salah seorang pelaku seni tradisi Senandung Jolo asal Desa Tanjung Kumpeh Hilir, Kabupaten Muarajambi.
Pemberian Anugerah Kebudayaan 2019 menjadi salah satu kegiatan dalam rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2019, yang berlangsung sejak tanggal 7-13 Oktober 2019 di Istora Senayan dan Parkir Selatan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta.
Nek Maryam langsung menerima penghargaan maestro seni tradisi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, pada Kamis, 10 Oktober 2019. Selain piagam penghargaan, trofi dan pin emas 10 gram, peraih naugerah maestro seni tradisi berhak menerima uang senilai Rp 50 juta.
Najamudin Ramli, Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, mengatakan para penerima akan mendapatkan uang kehormatan berlaku seumur hidup.
"Jika tokoh atau orang itu ditetapkan sebagai Maestro Seni Tradisi, maka yang bersangkutan akan mendapatkan berupa uang kehormatan sebesar Rp25 juta pertahun. Itu merupakan khusus Maestro Seni. Mereka akan mendapatkan hingga wafat," kilah Najamudin Ramli, Selasa (8/10).
Selain Nek Maryam, empat penerima anugerah maestro seni tradisi lainnya adalah Usman Lajanja (Sulawesi Tengah), Gustaf Bame (Papua Barat), Warsad Darya (Jawa Barat), dan Usman (Kalimantan Barat).
Ket: Maryam menerima anugerah Maestro Seni Tradisi dari Bapak Muhadjir Efendy (10/10)
Keberhasilan Nek Maryam ini menambah daftar penerima Maestro Seni Tradisi asal provinsi Jambi. Lima Tahun sebelumnya, Nek Jariah (76 tahun), pelaku seni tradisi Dideng asal Kabupaten Bungo, ditetapkan sebagai penerima penghargaan anugerah Maestro Seni Tradisi Indonesia Tahun 2014. Hal serupa, empat tahun sebelum Nek Jariah, gelar Mastero Seni Tradisi 2010 disematkan kepada budayawan Iskandar Zakaria dari Kerinci.
Meski berusia senja, kesetiaan Maryam melestarikan seni tradisi Senandung Jolo tidak diragukan lagi. Ia bersama dua seniman lokal lainnya, yakni Zuhi dan M. Alfian, menghidupkan kembali kesenian senandung jolo di Desa Tanjung sejak 1983 sampai sekarang.
Senandung jolo merupakan suatu kesenian dengan materi utamanya adalah sastra tutur dalam bentuk pantun yang dinyanyikan. Awalnya kesenian ini hanya berfungsi sebagai curahan hati yang yang diungkapkan sambil menunggu sawah atau pada saat berada di perahu seusai memasang alat tangkap ikan. Pada perkembangannya, kesenian ini tampil sebagai seni pertunjukkan dengan ditandai dukungan alat musik seperti Gambang Kayu-terdiri dari 4 bilah kayu yang terbuat dari jenis kayu Marelang-; Tetawak, Rebana, Gendang Panjang, Gong dan Beduk.. Sebagai seni pertunjukkan pula, senandung jolo kerap tampil dalam acara pesta perkawinan, pesta panen, dan acara acara seremonial yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Ingin tahu lebih jauh tentang Maryam, seni tradisi Senandung Jolo dan dinamika penghargaan Anugerah Budaya Jambi? Sila baca di sini: http://kajanglako.com/id-9346-post-maryam-dan-anugerah-maestro-seni-tradisi.html
Editor. KJ-JP