Kajanglako.com - Mengenakan topi anyaman di kepala yang biasa dipakai nelayan dan menenteng tas anyaman alam yang dikreasikan dengan pernak-pernik kain perca, kulit sintetis serta biji-bijian, beberapa model cantik melenggak-lenggok gemulai memamerkan outer cantik dengan warna-warni klasik coklat, oranye, kuning, hitam yang dipadu dengan warna putih. Warna-warni pada outer tersebut membentuk pola-pola indah pada kain.
Jerumat, demikian nama kain yang didesain menjadi beberapa outer dengan model sangat elegan yang dikenakan oleh para model pada peragaan busana di acara Jambi Fashion Festival 2020 tersebut. Kain ini merupakan hasil karya perancang busana terkenal yang populer dengan nama Edyfa. Siapa yang tak kenal dengan Edyfa dan hasil karya rancangan busananya yang telah digunakan oleh berbagai kalangan, terutama kalangan atas kota dan pejabat pemerintahan di daerah hingga pusat.
Beberapa rancangan Edyfa yang dibawa ke atas panggung peragaan busana Jambi Fashion Festival 2020 pada Sabtu, 5 Desember 2020 di ruangan Ebony, hotel BW Luxury, Kota Jambi kemarin bertema “The Journey of Jerumat”. Penampilan karya Edyfa sangat memukau penonton dan pengamat saat itu. Khalida Maghfirah, pakar Ilmu Komunikasi dari Fisipol Universitas Nurdin Hamzah menyebut karya Edyfa sangat futurristik.
“Karya kain Jerumat Edyfa itu futuristik, out of the box dibandingkan dengan yang lain pada Jambi Fashion Festival 2020. Karyanya jika dibawa untuk branding kain Jambi, bisa sebagai identitas kain Jambi yang baru, yang bisa bersaing hingga level nasional mau pun lebih dari itu. Desain rancangan bajunya juga elegan, dipadukan dengan apapun elegan, coba lihat tadi rancangan baju formal dipadukan dengan topi nelayan dan tas anyaman alami tak kehilangan cita elegannya, malah makin bagus dan unik bersanding dengan pernak-pernik bercita lokal,” papar Khalida.
Edyfa dalam peragaan busananya pada Jambi Fashion Festival 2020 memang berkolaborasi dengan D’Moroy untuk menunjang properti tas anyaman yang dikenakan oleh model. D’ moroy merupakan salah satu pebisnis lokal di Jambi pada bidang kriya serat dan anyaman yang merancang kreasi tas anyaman lokal agar bisa dikenakan lebih fashionable. Ada beberapa karya tas D’Moroy yang digunakan oleh Edyfa dalam peragaan dan sangat apik bersanding dengan karya Edyfa di atas panggung Jambi Fashion Festival 2020.
Mengenai Jerumat, Edyfa menyebutkan bahwa saat ini karya kainnya tersebut sedang dalam proses pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual agar nama Jerumat mendapat paten sebagai kekayaan wastra atau kain Jambi. Penamaan Jerumat diambil oleh Edyfa dalam bahasa melayu kuno yang artinya jelujur dan jahit. Sejak Jerumat diciptakannya, Edyfa akan berkomitmen menggunakannya dalam setiap rancangannya dan dalam setiap kesempatan acara peragaan busana yang akan diikutinya.
“Ide awal kain ini dari tiedye dan sibori. Saya pikir, untuk menghilangkan kejenuhan dengan kain-kain yang sudah ada, akhirnya saya mulai untuk menciptakannya dari bulan Agustus 2020 kemarin. Saya mencoba membuatnya satu potong saja pada awalnya, akhirnya tambah penasaran dan terus mencoba menciptakan lagi hingga tercipta sepuluh koleksi kain, lalu saya share kepada teman-teman dan mereka ada yang mau membelinya. Akhirnya saya jual dan saya produksi lebih banyak lagi. Sudah ada pesanan untuk dihadiahkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Airlanggga,” terang Edyfa.
“Sebenarnya Jerumat itu asalnya dari kain pelangi Jambi yang saya kembangkan sesuai jaman. Kain ini merupakan karya hibrid saya terhadap teknik jumputan, sasirangan dan sibori yang saya jadikan satu yang kemudian mewujud kepada penciptaan Jerumat. Jerumat merupakan wastra baru di Jambi. Alhamdulillah responnya positif dan luar biasa,” tambah Edyfa dalam menjelaskan tentang Jerumat.
Ketika awal penciptaan Jerumat, Edyfa membagikannya foto hasil ciptaannya pada grup pusat Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) pusat dengan nama sibori. Hasilnya, rekan-rekan sejawat Edyfa pada grup tersebut menyarankan untuk tidak menggunakan nama asing, tetapi mencoba mencari nama yang asli daerah Jambi untuk penamaan kain karya Edyfa. Pada akhirnya kemudian Edyfa mencarinya di kamus melayu dan menemukan nama Jerumat untuk kain karyanya. Penamaan ini pun mendapat persetujuan dari APPMI pusat.
Lahir sebagai kain baru di Jambi, Jerumat karya Edyfa memiliki motif dengan detail yang rumit dan gradasi warna kompleks untuk satu kain. Kain ini dibuat dengan cara manual yang murni mengandalkan kecekatan dan keahlian tangan atau handmade. Kerumitan motif juga cara pembuatannya, menjadikan Jerumat tidak memperbanyak satu motif yang telah dibuat. Edyfa mengatakan bahwa satu motif Jerumat hanya untuk satu kain saja, jadinya Jerumat merupakan kain yang ekslusif dari segi warna dan ornamennya.
Warna-warna Jerumat merupakan warna kesukaan Edyfa yang sangat menyukai warna-warna klasik. Menurutnya dengan warna kain tersebut, aura kain menjadi kuat dan sesuai dengan karakter khas orang Jambi yaitu keras, tidak banyak basa-basi, tapi baik hati.
Telah ada beberapa series Jerumat yang diciptakan Edyfa sejak Agustus 2020 lalu. Salah satu seri Jerumat yaitu seri Dewa dan juga Raja. Seri Jerumat ini lah yang dibawa oleh Edyfa dalam peragaan busana rancangannya pada Jambi Fashion Festival 2020. Motif kedua seri Jerumat ini membentuk pola-pola spiritual yang kerap ada dan digunakan pada simbol-simbol dewa dan raja.
Seri kedua Jerumat itu menurut keterangan Edyfa terinspirasi dari patung-patung dewa dari kuningan yang menjadi koleksinya. Melihat ornamen yang ada pada patung-patung tersebut, Edyfa berpikir kalau diterapkan pada motif kain pasti akan menjadi motif yang bagus. (Kjcom)
Wenny Ira R
Editor. Arman Mandaloni