beranda pilihan editor
Perspektif Oase Pustaka Jejak Sosok Wawancara Akademia Ensklopedia Sudut

Beranda BERITA berita


Sabtu, 24 Agustus 2024, 12:38 WIB

Tingkatkan Produksi Kelapa Sawit Rakyat Melalui Aplikasi Teknik Hatch and Carry Elaeidobius Kamerunicus

BERITA PENDIDIKAN

Tingkatkan Produksi Kelapa Sawit Rakyat Melalui Aplikasi Teknik Hatch and Carry Elaeidobius Kamerunicus

 

Oleh : Dewi Rezki, SP.MP 

Staff Pengajar Departemen Budidaya Tanaman Perkebunan

 Fakultas Pertanian Universitas Andalas

 

Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu daerah yang dominan dalam pengembangan tanaman perkebunan, seperti tanaman kelapa sawit yang merupakan komoditi andalannya. Namun produktivitas kelapa sawit belum mencapai hasil yang maksimal, terutama pada perkebunan kelapa sawit rakyat.

 

Dilihat dari produktivitas kelapa sawit petani di Kenagarian Koto Beringin Kecamatan Tiumang masih tergolong rendah, yaitu rata-rata produktivitas tandan buah segar (TBS) kelapa sawit 16 ton TBS/Ha/Tahun, jika dibandingkan dengan produktivitas tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan dengan tindak budidaya yang benar dapat mencapai 30 ton TBS/Ha/Tahun.

 

Rendahnya produktivitas kelapa sawit rakyat umumnya disebabkan oleh minimnya pengetahuan petani tentang cara pemeliharaan dan proses penyerbukan yang tepat, terutama pada kebun kelapa sawit baru menghasilkan dengan umur 4 - 6 tahun.  Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi, pelatihan dan demplot agar para petani mengetahui langkah-langkah yang bisa dilakukan agar produksi kelapa sawit petani dapat meningkat.

 

Rendahnya produktivitas kelapa sawit di awali dengan rendahnya nilai fruit set pada tandan buah.  Pada lahan bukaan baru umumnya memiliki nilai fruit set dibawah 25 %, sedangkan nilai fruit set yang ideal pada satu tandan buah kelapa sawit adalah 80 %, artinya dalam satu tandan telah menghasilkan buah jadi sebanyak 80 %.

 

Rendahnya nilai fruit set menyebabkan sebagian besar tandan bunga betina tidak berkembang menjadi buah (abortus) yang menyebabkan persentase bunga yang menjadi buah tergolong rendah dan menghasilkan susunan buah jarang serta terdapat banyak duri pada tandan. Tandan kelapa sawit tersebut juga memiliki bobot ringan sehingga mempengaruhi produksi.

 

Rata-rata produksi kelapa sawit rakyat sebesar ± 1,83 ton/ha atau 21,96 ton/ha/tahun, padahal Pusat Penelitian Kelapa Sawit pada tahun 2016 menyatakan bahwa potensi produksi kelapa sawit adalah 2,5 ton/ha atau 30 ton/ha/tahun. Kandungan rendemen yang dihasilkan juga rendah yaitu hanya 12,15% sehingga TBS tidak laku dijual ke pabrik.

 

Salah satu permasalahan yang menjadi faktor penentu rendahnya nilai fruit set tandan buah adalah sedikitnya jumlah serangga polinator.  Serangga polinator utama pada kelapa sawit adalah serangga Elaeidobius kamerunicus Faust.  Hasil pengamatan pada tahun 2024 menunjukkan bahwa populasi E. kamerunicus pada perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Dharmasraya, khususnya di Kecamatan Tiumang tergolong rendah, yaitu kurang dari 500 individu/Ha.

 

Sedangkan untuk proses penyerbukan yang optimal membutuhkan E. kamerunicus sebanyak 20.000 individu dalam satu hektar. Penyebab rendahnya populasi E. kamerunicus adalah penggunaan bahan tanaman quick starter, kastrasi bunga jantan yang berlebihan, penggunaan pestisida dan lokasi kebun bukaan baru yang jauh dari perkebunan tua.

 

Sebagian besar perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Tiumang menggunakan bahan tanaman yang bersifat quick starter, yakni menggunakan varietas yang menghasilkan produktivitas tinggi. Biasanya bahan tanaman tipe tersebut sudah bisa dipanen pada umur 28–30 bulan. Akan tetapi, bahan tanaman tipe quick starter menghasilkan sex ratio bunga betina yang lebih tinggi dan hampir meniadakan bunga jantan.

 

Kondisi ini mengakibatkan ketersediaan serbuk sari tidak mencukupi untuk penyerbukan (satu tandan bunga membutuhkan 5–6 gram serbuk sari). Serbuk sari tidak hanya sebagai bahan penyerbukan, tetapi juga sebagai sumber makanan E. kamerunicus. Kastrasi adalah salah satu kultur teknis standar yang harus dilakukan selama pemeliharan kelapa sawit, terutama pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM). Aplikasi kastrasi di lapangan oleh petani tergolong berlebihan. Kastrasi seharusnya dilakukan secara selektif, yakni memperhatikan adanya bunga jantan abnormal atau bunga jantan dengan jumlah spikelet kurang dari 90 tangkai.

 

Akan tetapi, di lapangan, sebagian besar bunga jantan justru dibuang dan hanya menyisakan bunga betina, padahal bunga jantan kelapa sawit adalah habitat E. kamerunicus. Kondisi tersebut mengakibatkan terganggunya habitat E. kamerunicus. Ketiadaan bunga jantan pada satu kebun akan menyebabkan E. kamerunicus bermigrasi ke perkebunan lain untuk mencari habitat baru. Kompleksnya masalah penyerbukan pada perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Tiumang dapat diatasi dengan aplikasi teknologi hatch & carry E. kamerunicus.

 

Universitas Andalas melalui kegiatan Program Kemitraan Masyarakat Terintegrasi Kegiatan Mahasiswa (PKM-TKM) melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) melakukan sosialisasi, pelatihan dan demplot tentang teknologi hatch & carry E. kamerunicus pada perkebunan kelapa sawit rakyat. Kegiatan ini dilaksanakan bulan Juli s.d Agustus 2024 yang bertempat dikenagarian Koto Beringin Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya.

 

Sebelum melakukan pembuatan demplot  hatch & carry Elaeidobius kamerunicus maka dilakukan sosialisasi dan pelatihan oleh Tim PKM-TKM dengan Ketua pelaksana Dewi Rezki.SP.,MP.  Kegiatan sosialisasi dan penyuluhan dilakukan kepada kelompok tani Semoga Jaya, Masyarakat sekitar, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Tiumang dan Dinas Pertanian Kabupaten Dharmasraya.

 

Pada kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini, Tim PKM-TKM menyampaikan tentang berbagai kegiatan yang dilakukan selama KKN.  Penyuluhan yang disampaikan kepada masyarakat antara lain : a) pengertian tentang nilai fruit set tandan buah, polinator, buah partenokarpi dan lain-lain yang berhubungan dengan proses penyerbukan. b) Pengaruh nilai fruit set tandan buah terhadap produksi dan kualitas buah kelapa sawit. c). Manfaat E. kamerunicus sebagai polinator.

 

Masyarakat juga dilatih untuk : a) Membedakan antara bunga jantan, bunga betina, buah dan buah partenokarpi. b) Mengenali deskripsi kumbang penyerbuk E. kamerunicus. c) Cara mengumpulkan polen (serbuk sari) kelapa sawit. d) Cara melakukan penangkaran E. kamerunicus dan e) Cara membuat kandang penangkaran E. kamerunicus yang baik dan benar.

 

Petani dan masyarakat sangat antusias mengikuti penyuluhan dan pelatihan tersebut.  Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh petani dan masyarakat sekitar.  Petani mulai menyadari bahwa ada satu tahapan penting dalam proses budidaya kelapa sawit yang terabaikan, yaitu proses penyerbukan kelapa sawit. 

 

Sedangkan penyerbukan ini merupakan hal penting dalam memperoleh produksi kelapa sawit yang tinggi. Dalam proses penyerbukan, kelapa sawit memerlukan bantuan agen penyerbuk.  Hal ini disebabkan karena bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon kelapa sawit mekar dalam waktu yang berbeda.

 

Secara umum cara kerja teknologi hatch & carry E. kamerunicus adalah kombinasi introduksi dan augmentasi. Introduksi dilakukan dengan memindahkan stadium telur dan larva E. kamerunicus yang terdapat pada bunga jantan anthesis. Tandan bunga jantan diangkut ke lokasi baru dan ditempatkan dalam kotak hatch & carry.

 

Secara alami, bunga jantan kelapa sawit adalah tempat E. kamerunicus meletakkan telur. Dengan demikian, memindahkan bunga jantan anthesis, secara tidak langsung, akan membawa stadium telur dan larva E. kamerunicus yang hidup di dalamnya.

 

Di lokasi baru, bunga jantan yang berisi telur dan larva akan berkembang menjadi imago. Imago yang baru menetas akan keluar dari spikelet dan berkumpul di bagian penutup kotak hatch & carry yang terbuat dari kain kasa. Sebelum penutup kotak dibuka, imago tersebut disemprot dengan serbuk sari secara merata. Setelah pintu kotak dibuka, imago E. kamerunicus akan terbang menuju bunga betina kelapa sawit yang sedang mekar.

 

Pada saat kumbang tersebut beraktivitas di bunga betina untuk mencari nektar, serbuk sari pada tubuh E. kamerunicus akan jatuh di kepala putik sehingga terjadi penyerbukan. Serangga E. kamerunicus yang sudah dilepaskan pada perkebunan rakyat akan berkembang secara alami dan menetap di habitat baru tersebut. 

 

Dari kegiatan ini  jumlah kumbang E. kamerunicus meningkat dari 506 individu/Ha menjadi 16.130 individu/Ha dan akan terus meningkat jika aplikasi teknik Hatch & Carry terus dilakukan. Dengan demikian, maka petani mampu meningkatkan fruit set tandan buah kelapa sawit, sehingga produksi kelapa sawit rakyat menjadi meningkat.

 

Luaran dari kegiatan PKM-TKM ini adalah : 1) Petani mampu mengumpulkan dan mengawetkan polen kelapa sawit dengan teknik benar. 2) Petani mampu melakukan penangkaran serangga Elaeidobius kamerunicus melalui teknik Hatch & Carry. 3) Petani mampu memperkenalkan teknik ini kepada masyarakat atau petani lainnya. 4) Program ini mampu meningkatkan produksi kelapa sawit rakyat sehingga meningkatkan kesejahteraan hidup petani kelapa sawit rakyat.(***)

 

           

 

 

TAGAR: #

indeks berita Berita
BERITA Jumat, 13 September 2024, 19:39WIB
Anggota DPRD Termuda Rengga, Pimpin HIPMI Sijunjung

KAJANGLANGKO.COM, SIJUNJUNG - Rengga Wana Putra anggota DPRD termuda Kabupaten Sijunjung, resmi dipercaya untuk mengomandoi Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten......