Reporter :
Kategori :
Telusur
Oleh: Frieda Amran (Antropolog. Mukim di Belanda)
Dalam rangka menyiapkan tulisan untuk rubrik ‘Telusur Jambi,’ saya teringat pada satu tas penuh berisi lembaran fotokopian artikel dan peta tentang Jambi, di sudut di dekat rak buku saya. Kumpulan fotokopian itu diberikan oleh Elsbeth Locher-Scholten, perempuan Belanda, guru besar Universitas Utrecht, ahli sejarah, ahli Jambi. Beberapa tahun lalu, seorang perempuan, ahli Jambi juga, datang menginap di rumah saya. Namanya Irma Sagala. Ia ingin sekali sowan ke rumah Elsbeth Locher-Scholten. Nah, pergilah kami ke rumah Bu Elsbeth.
Elsbeth Locher-Scholten adalah perempuan Belanda yang bersahaja, serius dan banyak menulis (dan menerbitkan) buku tentang Jambi serta perempuan. Bukunya yang paling dikenal barangkali adalah: Sumatran Sultanate and Colonial State: Jambi and the Rise of Dutch Imperialism, 1830-1907 (versi bahasa Inggris diterbitkan oleh Cornell Univ Press, 2003). Akan tetapi, selain itu buku-bukunya yang lain pun sangat menarik. Yang berkaitan dengan Indonesia, antara lain: Women and the Colonial State: Essays on Gender and Modernity in the Netherlands-Indies: 1900-1942; Indonesian Women in Focus: Past and Present Notions; Ethiek in Fragmenten: Vijf Studies over Koloniaal Denken en Doen van Nederlanders in de Indonesische Archipel: 1877-1942; Hof en Handel: Aziatische Vorsten en de VOC, 1620-1720; Het Koloniale Beschavingsoffensief: Wegen naar het Nieuwe Indië, 1890-1950; Beelden van Japan in het Vooroorlogse Nederlands-Indië: Resultaten van een doctoraal-werkcollege.
Yang membuat saya berdecak kagum adalah rentang waktu kajian sejarahnya, yaitu 42 – 100 tahun! Ini berarti bahwa ia mencari dan membaca segala tulisan dan dokumentasi mengenai periode sejarah selama itu. Berapa banyak waktu yang diperlukannya untuk membaca semua itu? Berapa banyak waktu yang diperlukannya untuk menyimak, menyaring data, menganalisis, lalu menuliskan pikiran dan temuannya? Tulisan apa saja yang dibacanya sehingga menghasilkan karya sejarah yang rinci dan deskriptif sehingga tidak hanya perlu, tetapi enak dibaca? Nah, pertanyaan terakhir itu sedikit-banyak dapat dijawab dengan melihat-lihat kumpulan fotokopian yang diberikannya kepada saya.
Sekumpulan fotokopian langsung menarik perhatian saya, yaitu beberapa lembar dari buku Prison of Weltevreden: and a Glance at East Indian Archipelago (JC Riker, 1855). Buku itu ditulis oleh Walter M. Gibson. Halaman-halaman yang ada di kumpulan kertas Elsbeth Locher-Scholten tidak lengkap dan tidak langsung jelas apa relevansinya bagi studi mengenai Jambi. Berselancar di internet menjelaskan lebih banyak.
Buku karya Walter M Gibson.
Rupanya Walter M Gibson adalah seorang petualang dari Amerika Serikat. Ia sempat menjadi kapten kapal yang menjual persenjataan di daerah Karibia. Di kemudian hari, petualangannya membawanya ke nusantara. Atas tuduhan menghasut sehingga terjadi pemberontakan, ia ditangkap oleh Belanda dan ditahan di penjara Weltevreden (sekarang Rumah Tahanan Cipinang). Sebetulnya, ia dihukum mati, akan tetapi ia berhasil melarikan diri dari tahanan.
Tetapi, sebelum itu terjadi, banyak sekali yang dialaminya dan dituliskannya dalam buku yang mirip dengan catatan hariannya. Pada hari ke-11, ia tiba di Muntok. Dua hari kemudian, kapal yang ditumpanginya tiba di daerah Sungsang. Pada hari ke-18, ia tiba di Palembang dan berhasil menemui dan bahkan makan malam bersama dengan Residen Palembang. Seminggu kemudian, setelah mendengar berbagai cerita menarik mengenai pedalaman Sumatra, Gibson berniat hendak bertualang ke sana. Jambi juga menjadi salah satu tujuannya. Untuk itu, ia memerlukan paspor untuk menjelaskan identitasnya dan surat yang untuk raja-raja dan sultan-sultan di Sumatra. Juga untuk Sultan Jambi. Gibson mendikte isi surat itu. Seorang laki-laki Melayu, Kiagus Lanang membantunya menuliskan surat itu dalam bahasa Melayu formal dan santun.
“Saya, …, yang tinggal di negeri luas bernama Amerika menyampaikan salam hormat untuk Yang Mulia Sultan, yang berkuasa di Kesultanan Jambi. Surat ini diantarkan ke hadapan Yang Mulia oleh kapten kapal saya. Ia adalah seorang laki-laki yang jujur, trampil. Saya sangat percaya dan yakin pada kata-katannya. Ia akan menjelaskan tentang negeri asal saya, tentang kekayaan dan kekuasaan Amerika serta keramahan orang Amerika untuk Yang Mulia Sultan Jambi. Ia akan menyampaikan bahwa saya ingin mengunjungi Kraton Jambi untuk menyampaikan hadiah-hadiah dan tanda persahabatan untuk Sultan Jambi. Dengan demikian, kiranya Yang Mulia Sultan dapat memerintahkan agar pembawa surat ini diizinkan tinggal dengan aman beberapa waktu lamanya di wilayah Jambi. Setelah ia menunaikan tugasnya, kiranya Sultan dapat mengizinkannya meninggalkan Jambi dengan aman dan tanpa gangguan.”
Setelah surat itu selesai, Kiagus Lanang membacakannya untuk Gibson. Sia-sia saja sebetulnya karena laki-laki Amerika itu sama sekali tidak memahami bahasa Melayu dan tidak dapat membaca aksara Arab-Melayu yang digunakan untuk menuliskan surat itu. Nah, surat inilah yang rupanya membawa malapetaka bagi Gibson.
Rencananya untuk berangkat ke Jambi pada hari ke-25 terpaksa batal. Ia malahan ditangkap oleh Belanda! Asisten-Residen Palembang memerintahkannya turun dari kapal dan ikut bersamanya sebagai tawanan Belanda. Gibson terbukti menulis surat kepada Sultan Jambi dan mengajaknya bersekongkol untuk memberontak melawan Belanda. Gibson mengakui memang menulis surat untuk Sang Sultan. Ia memperkenalkan diri. Bukan mengajak Sultan memberontak. Namun, protesnya tak didengar. Ia ditangkap dan ditawan di Palembang.
Bagaimana cerita selanjutnya? Yang ingin tahu, dapat membaca cerita lengkapnya melalui link berikut ini: https://archive.org/details/prisonweltevred00gibsgoog/page/n246/mode/2up
Tag : #Telusur #Sejarah Jambi #Elsbeth Locher Scolten #Naskah Klasik Belanda
Rabu, 03 Maret 2021 08:25
WIB Diduga Disunat, Dewan Pertanyakan Setoran Retribusi Terminal MuarabulianKajanglako.com, Batanghari - Uang setoran retribusi Terminal Muarabulian diduga disunat. Hal ini diungkapkan Anggota DPRD Kabupaten Batanghari. Menurut |
Selasa, 02 Maret 2021 21:31
WIB Bahas Honorer Nonkategori, DPRD Merangin Panggil Diknas dan BKDKajanglako.com, Merangin - Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Merangin hearing dengan Dinas Pendidikan Kebudayaan dan BKPSDM Merangin, |
Perspektif Jokowi dan Anies BaswedanOleh: Riwanto Tirtosudarmo* Mungkin ada banyak perbedaan antara keduanya. Gaya bicaranya, blusukannya, taktik melobinya, politik identitasnya dan |
Perspektif Ada Yang Membusuk dalam Darah di Tubuh KitaOleh: Riwanto Tirtosudarmo* Mungkin di tubuh saya dan sebagian dari kita sudah ada virus covid-19, tetapi tidak ada gejala yang tampak dari luar. Kita |
Hari Sampah Peringati Hari Sampah Lewat Program Sepuluh Jari MenganyamJAMBI--Memperingati hari sampah yang jatuh setiap 21 Februari, masyarakat Jambi diajak untuk lebih peduli lingkungan. Mulai dari diri sendiri. Mulai dari |
Jumat, 29 Januari 2021 09:03
WIB
Makin Nyaman Antar Paket, IDexpress Kenalkan Gerai Ekspedisi Terbaik Untuk Warga Jambi |
Kamis, 21 Januari 2021 17:50
WIB
Di Paripurna DPRD, Gubernur Fachrori Umar Pamit dari Jabatan Gubernur |
Kamis, 11 Juni 2020 11:33
WIB
70 Persen Kebutuhan Ikan di Merangin Dipasok dari Luar |
Sabtu, 07 Maret 2020 04:39
WIB
Polemik Pagar Seng PT EBN vs Pedagang BJ Dikonfrontir di Meja Hijau DPRD |
Natal dan Refleksi Keagamaan Jumat, 28 Desember 2018 07:09 WIB Berbagi Kasih Antar Sesama Suku Anak Dalam |
Festival Budaya Bioskop Jumat, 16 November 2018 06:20 WIB Bentuk Museum Bioskop, Tempoa Art Digandeng Institut Kesenian Jakarta |
PT : Media Sinergi Samudra
Alamat Perusahaan : Jl. Barau barau RT 25 Kel. Pakuan Baru, Kec. Jambi Selatan – Jambi
Alamat Kantor Redaksi : Jl. Kayu Manis, Perum Bahari I, No.C-05 Simpang IV Sipin Telanaipura Kota Jambi (36122)
Kontak Kami : 0822 4295 1185
www.kajanglako.com
All rights reserved.