Jumat, 21 Mei 2021 11:54
WIB
Reporter :
Kategori :
Perspektif
Eskavasi peruho kuno di situs Lambur. Sumber foto: covesia.com
Oleh: Asyhadi Mufsi Sadzali*
Menginjak usia Republik Indonesia ke-74, persoalan identitas kebangsaan masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ kita bersama. Terlebih di era revolusi industri 4.0 ini, daerah-daerah di tanah air, kembali dihadapkan dengan kegalauan identitas. Di satu sisi, revolusi teknologi meniscayakan kecepatan sekaligus pergaulan nir batas teritori (global village), tapi di saat bersamaan muncul keresahan mendalam berkaitan dengan pudarnya akar kebudayaan, tempat dimana masyarakat tumbuh dan berkembang.
Di antara sekian banyak daerah kabupaten/kota di Indonesia, sebagian ada yang merespon dengan sigap, namun lebih banyak yang menunda-nunda. Pemerintah Kota Jambi, untuk menyebut contoh, satu di antara Kota yang merespon penguatan identitas di tengah-tengah publiknya yang semakin berkembang.
Tugu Jam, yang populer disebut tugu Monas, yang berdiri sejak 1984 di kawasan kotabaru Kota Jambi, sejak 2017 digantikan dengan simbol keris Siginjai. Penggantian tugu monas yang terkesan Jakarta itu, seolah mengingatkan kita pada akar identitas Kota Jambi dengan motonya “Tanah Pilih Pusako Betuah”.
Moto kota Jambi yang tertera pada sehelai pita emas di bawah lambang kota Jambi, yang terdiri dari Senapan/Lelo, Gong, Angsa, Keris Siginjai, apabila kita maknai secara keseluruhan, maka akan sampai pada suatu pemahaman bahwa Kota Jambi, selain pusat pemerintahan dan ekonomi, juga sebagai pusat kebudayaan.
Pada titik ini, kajian arkeologi dan sejarah menjadi jembatan, yang membantu pemerintah dan masyarakat untuk menerjemahkan sekaligus mewujud-nyatakan simbol sarat makna itu ke dalam penalaran logis dan ilmiah. Sehingga yang dimaksud dengan identitas masyarakat kota Jambi, dengan mudah dapat dipahami dan diimplementasikan dalam keseharian masyarakatnya.
Persoalan kebutuhan masyarakat akan identitas pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, juga dialami para pendiri bangsa, seperti Soekarno dan Mohammad Yamin. Mereka menggali nilai-nilai serta makna mendalam yang terkandung dalam warisan cagar budaya di Nusantara, yang kemudian sebahagian menjadi sumber inspirasi penyusunan dasar pijakan (filosofi) bangsa ini serta membawanya ke tengah-tengah publik sebagai identitas kolektif bangsa Indonesia. Sebut saja, misalnya, semboyan pada pita di kaki Burung Garuda Pancasila “Bhineka Tunggal Ika”, yakni dikutip dari kitab Pararaton, atau bentuk burung Garuda yang oleh Sultan Hamid II, terinspirasi dari naskah-naskah kuno.
Lantas, dalam wujud kebudayaan yang berwatak dinamis, apa pentingnya masa lalu, bila kini kita juga memiliki jati diri baru? Sebuah adigium berbunyi, “Jikalau lah pohon beringin yang tinggi, akarnya hanya berpegang pada rumput hijau di permukaan tanah, maka bila angin sepoi-sepoi menghampiri, tentu beringin itu akan tumbang. Tapi lihatlah beringin sejati, akarnya menusuk hingga ke dasar bumi, kuat mencengkram, hingga saat angin topan datang, ia tetap berdiri kokoh.”
Demikian halnya, bila identitas masa kini tidak mengakar kuat pada budaya dan pengetahuan lokal, yang pernah dirumuskan leluhur kita di masa lalu, niscaya kita akan terombang-ambing dalam mengarugi samudera modernitas dan kemajuan teknologi. Dan untuk memahami lokal jenius serta pengetahuan leluhur di masa lalu itu, ilmu arkeologi dan sejarah memiliki peran strategis sebagai jembatan yang menghubungkan publik dengan kearifan yang tersimpan dalam wujud tinggalan-tinggalan benda cagar budaya.
Dalam konteks itu, pemerintah daerah memiliki peranan penting sekaligus tanggung jawab untuk pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah No. 23 Tahun 2014, Undang-Undang Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010, dan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan No. 5 Tahun 2017.
Namun sayangnya, belum banyak pemeritah daerah yang menindaklanjuti amanat undang-undang tersebut. Di luar pulau Sumatera, pemerintah daerah yang konsen dan aktif dalam hal ini, untuk menyebut contoh, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Surabaya, Bali, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.
Indikatornya jelas: pemerintah daerahnya telah atau sedang membentuk Peraturan Daerah tentang Cagar budaya, Tim Ahli Cagar Budaya, dan program dan kebijakan pelestarian cagar budaya secara konsisten dan berkelanjutan. Terkhusus wilayah Jambi, selain pemerintah Provinsi Jambi yang telah membentuk Peraturan Daerah tentang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Melayu Jambi, Peraturan Daerah tentang Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Jambi, serta Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Provinsi Jambi, yang boleh dikatakan sedang menuju ke arah itu, adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim).
Ket: Kotak Lbr 06. Eskavasi situs Lambur. Dok. Asyhadi Mufsi Sadzali.
Salah satu bentuk kepedulian pemerintah kabupaten Tanjabtim terlihat baru-baru ini, yaitu fasilitasi penelitian dan pengkajian situs perahu kuno yang terdapat di Desa Lambur I, Kecamatan Muara Sabak Timur. Perahu kuno yang pertama kali ditemukan warga pada tahun 1996 ini hanyalah satu di antara 23 situs cagar budaya, yang terdata di wilayah administratif Tanjabtim, yang akan terus dilakukan kajian mendalam hinga sampai pada tahap pelestarian dan pemanfaatan.
Penelitian (tahap eskavasi perahu kuno di Lambur I dimulai 7 Agustus 2019) ini bertolak dari kesadaran akan akar identitas dari wilayah yang dahulu lebih dikenal dengan Sabak: sebuah wilayah yang tersohor sebagai pelabuhan dan Bandar perdagangan besar. Bukan sebagaimana kenyataan sekarang, yakni hanya sebatas tempat tumbuhnya nipah dan pohon nibung.
Dengan demikian, bila kelak potensi sejarah ini kembali terangkai, diharapkan dapat menjadi pijakan bagi pemerintah kabupaten Tanjabtim bersama masyarakat untuk merencanakan arah dan tujuan pembangunan, yang berbasis pada kebudayaan, yakni menuju kemakmuran dan kejayaan bersama, sebagaimana dahulu penjelajah asing dari berbagai belahan benua mencatatkan Sabak sebagai tempat penting dalam laporan perjalanannya.
*Ketua Program Studi Arkeologi FIB Universitas Jambi.
Tag : #Situs Lambur #Situs Perahu Kuno Lambur #Muara Sabak Timur #Tanjung jabung Timur #Jambi #Cagar Budaya #Identitas #Budaya Lokal
Perspektif "Indonesia Out of Exile": Politik dan Puitik MigrasiOleh: Riwanto Tirtosudarmo* Judul lengkapnya "Indonesia Out of Exile: How Pramoedya's Buru Quartet Killed a Dictatorship", sebuah buku baru diterbitkan |
Pameran Koleksi Etnografi Jalan Pulang Ke Akar Kebudayaan: Catatan Atas Pameran Koleksi Etnografi Museum SiginjeiOleh: Jumardi Putra* Siang itu langit kota Jambi berawan cerah. Saya bergegas mengendarai motor dari Jalan Jenderal Ahmad Yani menuju Museum Siginjei di |
Sosok dan Pemikiran Ignas KledenOleh: Riwanto Tirtosudarmo* Dalam sebuah percakapan dengan Salman Rushdie, mungkin menjadi wawancara terakhir sebelum wafat karena penyakit leukemia yang |
Rabu, 20 September 2023 10:37
WIB Gelar Kampus Rakyat Terpilih Guna Cegah Radikalisme, BNPT RI-FKPT Gandeng Anak Muda JambiKajanglako.com, Jambi - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)RI bekerjasama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Jambi menggelar |
Catatan Perjalanan Dari Kota Tua Ke Pusara Sitti NurbayaOleh: Jumardi Putra* Berkunjung ke kota Padang tidak lengkap rasanya jika tidak menginjakkan kaki di Kota Tua atau kerap disebut Padang Lama oleh warga |
Jumat, 21 Mei 2021 11:54
WIB
Minggu, 25 April 2021 22:06
WIB
Selasa, 20 April 2021 16:20
WIB
Kamis, 08 April 2021 13:58
WIB
Minggu, 28 Maret 2021 03:34
WIB
Kamis, 19 Mei 2022 01:12
WIB
Pelepasan Bupati dan Wakil Bupati Sarolangun, Wabup Dianugerahi Gelar Adat |
Senin, 16 Mei 2022 17:14
WIB
Hadiri Kongres Dunia ICLEI 2021-2022 di Malmo, Walikota Jambi Satu-satunya Perwakilan Indonesia |
Senin, 23 Mei 2022 21:06
WIB
Grand Opening Buy Coffee Diresmikan Gubernur Jambi Al Haris |
Senin, 28 Maret 2022 16:27
WIB
7 Hal Penting yang Wajib Dilakukan Ketika Bisnis Sepi |
Natal dan Refleksi Keagamaan Jumat, 28 Desember 2018 07:09 WIB Berbagi Kasih Antar Sesama Suku Anak Dalam |
Festival Budaya Bioskop Jumat, 16 November 2018 06:20 WIB Bentuk Museum Bioskop, Tempoa Art Digandeng Institut Kesenian Jakarta |
PT : Media Sinergi Samudra
Alamat Perusahaan : Jl. Barau barau RT 25 Kel. Pakuan Baru, Kec. Jambi Selatan – Jambi
Alamat Kantor Redaksi : Jl. Kayu Manis, Perum Bahari I, No.C-05 Simpang IV Sipin Telanaipura Kota Jambi (36122)
Kontak Kami : 0822 4295 1185
www.kajanglako.com
All rights reserved.